Tubuh yang sehat ibarat negeri yang damai dan tentram. Untuk
menjaga dan mempertahankan kedamaian, ini tentunya ada sistem pertahanan dan
pengamanan yang tangguh. Ada pos-pos pengamanan di berbagai area, ada patroli
yang senanatiasa mengawasi keamanan, sistem komunikasi yang canggih , dan
sebagainya. Semakin kompleks area suatu negeri, akan semakin berlipat sarana
pengamanan yang ada–dilengkapi pagar tembok tinggi dan kawat berduri yang
dialiri arus listrik, monitor CCTV bahkan radar pemantau pesawat.
Tak hanya kelengkapan sarana, sistem pengamanan tertentu
diterapkan pula. Pengamanan tentunya dilakukan berlapis-lapis, bagaikan suatu
ring yang disusun terpusat pada satu titik. Ketika musuh mampu menembus ring
pengamanan satu, ring pengamanan berikutnya siap menghadang. Seperti itulah
pengamanan di sistem imun tubih kita.
Pengamanan ring pertama adalah kulit. Dengan keberadaan
kulit agen musuh tidak mudah memasuki tubuh kita. Kulit yang sehat melindungi
tubuh secara fisik. Dalam hal ini kulit memiliki selaput lendir dan mukosa. Selaput
lendir ini ada di rongga mulut, bola mata, dan saluran pernapasan (termasuk
rongga hidung), saluran pencernaan, dan alat kelamin.
Mukosa dan lendir sepertinya berkaitan dengan hal-hal
kotor dan tak berarti, tetapi peran pentingnya dalam sistem imun tubuh tak
diragukan lagi. Kehadiran mukosa ini membuat kesulitan yang amat berarti bagi
agen-agen musuh yang menyusup ke dalam tubuh. Lendir-lendir yang dihasilkan
mukosa akan “menggulung” setiap faktor luar yang mendekat. Kehadirannya bagaikan
lumpur jebakan, atau mungkin “lem tikus”. Lumpur jebakan ini bisa berupa air
liur di mulut, lendir di rongga hidung, cairan di telinga, dan vagina. Tempat-tempat
tertentu memang “lebih basah” daripada yang lain. In idemi menginfeksi sarana
pengamanan di tempat yang sesuai.
Instrumen fisik lain adalah rambut-rambut ataupun
bulu-bulu getar. Anda bisa menunjuk di bagian mana saja ia dapat mudah
ditemukan. Rambut ini-rambut ini berperan dalam sistem imun tubuh. Dengan
keberadaan rambut-rambut ini, kelembapan “lumpur” tadi bisa terjaga. Di samping
itu, rambut-rambut ini berperan pula sebagai filter yang dibekali detektor. Ketika
ada agen musuh masuk lewat hidung, detektor in isegera berperan, misalnya
dengan bersin, sehingga agen musuh terlempar keluar begitu saja. Bisa diibaratkan,
bulu-bulu getar ini adalah ranjau otomatis yang terhubung langsung ke otak yang
ditanam di tubuh anda.
Instrumen keamanan lain adalah keringat yang Anda
keluarkan dari tubuh Anda. Keringat ini berfungsi tak sekedar mengeluarkan
panas dari tubuh supaya tetap dalam tentang amanm tetapi juga sekaligus
memainkan peran sistem imun. Keringat yang dikeluarkan lewat pori-pori ini
mengandung zat yang disebut lisozim. Bahan kimia tubuh ini mampu menghancurkan
dinding sel bakteri yang mendekat–ibarat rajau-ranjau bom yang akan membuat
musuh terluka.
Tidak hanya di keringat, lisozim ditemukan pula di air
liur. Dengan lisozim ini, lumpur jebakan di bagian yang akan selalu berhubungan
dengan dunia luar (makanan) akan bekerja efektif lagi. Kalupun agen musuh lolos
dari “pembinasaan” di ring pengamanan ini, ia harus berhadapan dengan sistem
pengamanan berikutnya yaitu cairan lambung. Cairan lambung yang sangat asam
dibandingkan dengan tempat-tempat lain adalah kondisi yang tidak menguntungkan
bagi umumnya agen musuh. Kehadiran lisozim maupun asam lambung seperti jebakan
lumpur beracun bagi kehidupan musuh.
Itulah sejumlah sarana pengamanan yang menjadi bagian dari
struktur tubuh yang tak terpisahkan. Benteng fisik seperti ini tidak bekerja
sendirian. Ia dilengkapi dengan instrumen pengamanan dari golongan makhluk
hidup–baik berupa jamur mikroskopis maupun bakteri. Keseluruhan mikroorganisme
yang memiliki peran seperti ini digolongakan sebagai floral normal. Keberadaan floral
normal dalam tubuh ibarat kehadiran buaya jinak bagi Anda, tetapi predator bagi
musuh; kucing pengusir tikus, anjing penjaga.
Flora normal dalam batas dan kasus pengamanan sistem imun
tertentu memang seperti anjing penjaga atau buaya predator yang menakut-nakuti
pihak yang tidak diharapkan. Pihak yang ditakut-takuti ini adalah
mikroorganisme lain yang juga hadir di tubuh, tetapi perannya tidak selalu
menguntungkan, justru membuat masalah. Di saat tertentu, misalnya saat flora
normal lebih sedikit populasinya, mikroorganisme yang semula baik-baik saja ini
bisa berubah menjadi jahat. Dengan jumlah populasi yang cukup, flora normal
mengawal kaum oportunis-hipokrit ini. Dengan demikian, kondisi damai bisa
terjaga.
Namun di sisi lain, flora normal tidak sepenuhnya seperti buaya
predator yang menggigit musuh. Misalnya floral normal di vagina. Ia menjaga
organ kewanitaan dengan kegiatan fermentasi gula. Proses fermentasi ini
menjadikan wilayah sekitar vagina terjaga kondisi keasamannya. Keadaan keasaman dalam rentang tertentu ini menghambat
tumbuhnya jamur yang tidak menguntungkan.
Itulah pengamanan berlapis pada tubuh. pengamanan berlapis
ini, dengan segala infrastuktur yang ada, membuat agen musuh sulit menerobos
masuk ke dalam tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar