Senin, 23 Oktober 2017

Sistem Keamanan Dalam Tubuh Manusia

Tubuh yang sehat ibarat negeri yang damai dan tentram. Untuk menjaga dan mempertahankan kedamaian, ini tentunya ada sistem pertahanan dan pengamanan yang tangguh. Ada pos-pos pengamanan di berbagai area, ada patroli yang senanatiasa mengawasi keamanan, sistem komunikasi yang canggih , dan sebagainya. Semakin kompleks area suatu negeri, akan semakin berlipat sarana pengamanan yang ada–dilengkapi pagar tembok tinggi dan kawat berduri yang dialiri arus listrik, monitor CCTV bahkan radar pemantau pesawat.

Tak hanya kelengkapan sarana, sistem pengamanan tertentu diterapkan pula. Pengamanan tentunya dilakukan berlapis-lapis, bagaikan suatu ring yang disusun terpusat pada satu titik. Ketika musuh mampu menembus ring pengamanan satu, ring pengamanan berikutnya siap menghadang. Seperti itulah pengamanan di sistem imun tubih kita.
Pengamanan ring pertama adalah kulit. Dengan keberadaan kulit agen musuh tidak mudah memasuki tubuh kita. Kulit yang sehat melindungi tubuh secara fisik. Dalam hal ini kulit memiliki selaput lendir dan mukosa. Selaput lendir ini ada di rongga mulut, bola mata, dan saluran pernapasan (termasuk rongga hidung), saluran pencernaan, dan alat kelamin.
Mukosa dan lendir sepertinya berkaitan dengan hal-hal kotor dan tak berarti, tetapi peran pentingnya dalam sistem imun tubuh tak diragukan lagi. Kehadiran mukosa ini membuat kesulitan yang amat berarti bagi agen-agen musuh yang menyusup ke dalam tubuh. Lendir-lendir yang dihasilkan mukosa akan “menggulung” setiap faktor luar yang mendekat. Kehadirannya bagaikan lumpur jebakan, atau mungkin “lem tikus”. Lumpur jebakan ini bisa berupa air liur di mulut, lendir di rongga hidung, cairan di telinga, dan vagina. Tempat-tempat tertentu memang “lebih basah” daripada yang lain. In idemi menginfeksi sarana pengamanan di tempat yang sesuai.
Instrumen fisik lain adalah rambut-rambut ataupun bulu-bulu getar. Anda bisa menunjuk di bagian mana saja ia dapat mudah ditemukan. Rambut ini-rambut ini berperan dalam sistem imun tubuh. Dengan keberadaan rambut-rambut ini, kelembapan “lumpur” tadi bisa terjaga. Di samping itu, rambut-rambut ini berperan pula sebagai filter yang dibekali detektor. Ketika ada agen musuh masuk lewat hidung, detektor in isegera berperan, misalnya dengan bersin, sehingga agen musuh terlempar keluar begitu saja. Bisa diibaratkan, bulu-bulu getar ini adalah ranjau otomatis yang terhubung langsung ke otak yang ditanam di tubuh anda.
Instrumen keamanan lain adalah keringat yang Anda keluarkan dari tubuh Anda. Keringat ini berfungsi tak sekedar mengeluarkan panas dari tubuh supaya tetap dalam tentang amanm tetapi juga sekaligus memainkan peran sistem imun. Keringat yang dikeluarkan lewat pori-pori ini mengandung zat yang disebut lisozim. Bahan kimia tubuh ini mampu menghancurkan dinding sel bakteri yang mendekat–ibarat rajau-ranjau bom yang akan membuat musuh terluka.
Tidak hanya di keringat, lisozim ditemukan pula di air liur. Dengan lisozim ini, lumpur jebakan di bagian yang akan selalu berhubungan dengan dunia luar (makanan) akan bekerja efektif lagi. Kalupun agen musuh lolos dari “pembinasaan” di ring pengamanan ini, ia harus berhadapan dengan sistem pengamanan berikutnya yaitu cairan lambung. Cairan lambung yang sangat asam dibandingkan dengan tempat-tempat lain adalah kondisi yang tidak menguntungkan bagi umumnya agen musuh. Kehadiran lisozim maupun asam lambung seperti jebakan lumpur beracun bagi kehidupan musuh.
Itulah sejumlah sarana pengamanan yang menjadi bagian dari struktur tubuh yang tak terpisahkan. Benteng fisik seperti ini tidak bekerja sendirian. Ia dilengkapi dengan instrumen pengamanan dari golongan makhluk hidup–baik berupa jamur mikroskopis maupun bakteri. Keseluruhan mikroorganisme yang memiliki peran seperti ini digolongakan sebagai floral normal. Keberadaan floral normal dalam tubuh ibarat kehadiran buaya jinak bagi Anda, tetapi predator bagi musuh; kucing pengusir tikus, anjing penjaga.
Flora normal dalam batas dan kasus pengamanan sistem imun tertentu memang seperti anjing penjaga atau buaya predator yang menakut-nakuti pihak yang tidak diharapkan. Pihak yang ditakut-takuti ini adalah mikroorganisme lain yang juga hadir di tubuh, tetapi perannya tidak selalu menguntungkan, justru membuat masalah. Di saat tertentu, misalnya saat flora normal lebih sedikit populasinya, mikroorganisme yang semula baik-baik saja ini bisa berubah menjadi jahat. Dengan jumlah populasi yang cukup, flora normal mengawal kaum oportunis-hipokrit ini. Dengan demikian, kondisi damai bisa terjaga.
Namun di sisi lain, flora normal tidak sepenuhnya seperti buaya predator yang menggigit musuh. Misalnya floral normal di vagina. Ia menjaga organ kewanitaan dengan kegiatan fermentasi gula. Proses fermentasi ini menjadikan wilayah sekitar vagina terjaga kondisi keasamannya. Keadaan keasaman dalam rentang tertentu ini menghambat tumbuhnya jamur yang tidak menguntungkan.
Itulah pengamanan berlapis pada tubuh. pengamanan berlapis ini, dengan segala infrastuktur yang ada, membuat agen musuh sulit menerobos masuk ke dalam tubuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar